JAKARTA – Upaya Badan SAR Nasional (Basarnas) dan tim gabungan dalam mencari korban pesawat korban pesawat Polri tipe Skytruck M-28 akhirnya membuahkan hasil. Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo mendapat laporan telah ditemukannya tiga jenazah korban. Tiga korban ditemukan pada Minggu (4/12) pagi, pukul 02.15 WIB.
Soelistyo menyampaikan, jenazah ditemukan dalam kondisi tak utuh. Saat ini, ketiga kantong jenazah sudah berada di RS Bhayangkara Batam, Kepulauan Riau. Menurutnya ketiga jenazah ditemukan di wilayah pencarian yang diduga menjadi titik jatuhnya pesawat dengan nomor registrasi P4201 itu.
“Titik ini berhasil ditemukan pada Sabtu (4/12) pukul 17.55 WIB, setelah tim berhasil mendeteksi adanya tanda gelembung fuel pesawat di koordinat 00 17 .321 n-104 50.518 e. Tim langsung memberi tanda buoy,” ujarnya dalam keterangan pers di Jakarta.
Setelah mengetahui titik lokasi jatuhnya pesawat, tim gabungan langsung menerjunkan kekuatan untuk laut dan udara. Sebanyak 15 kapal yang terdiri dari 5 kapal Basarnas, 4 kapal TNI AL, 1 kapal KPLP, 4 kapal polo air, dan 1 bea cukai. Dari 5 kapal Basarnas tersebut, terdapat satu armada kapal sonar.
Sementara Kepala Subdirektorat Peningkatan Profesi Direktorat Polisi Udara Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Kepolisian RI Komisaris Besar Hendrawan meluruskan soal jumlah manifest pesawat. Dia menuturkan, pesawat yang hilang dalam perjalanan menuju Batam dari Pangkal Pinang, Bangka Belitung itu berisikan 13 orang yang terdiri dari 5 kru dan 8 penumpang.
“Tiga orang sudah turun di Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Mereka diberangkatkan dari Jakarta untuk misi pergantian kru-kru pesawat yang sudah bertugas sebulan di tiap polda. Dalam misi itu, ada tiga wilayah yang jadi tujuan. Yaitu Palembang (Sumatera Selatan), Pangkal Pinang (Bangka Belitung) dan Batam,” ungkapnya.
Hendrawan turut menanggapi sejumlah spekulasi yang beredar terkait insiden yang terjadi. Termasuk salah satunya, soal jam terbang pilot yang sempat dipertanyakan. Dia memastikan, proses checking pesawat sebelum berangkat telah dilakukan. “Kalau tidak memenuhi standar pasti tidak akan diterbangkan. Untuk pilot, rata-rata jam terbangnya sudah lebih dari 2000 jam terbang,” tegasnya.***
Editor : Hens Pradhana