BANDUNG – Di wilayah Jawa Barat (Jabar) setidaknya terdapat 4 daerah yang di nyatakan harus siaga 1 terkait darurat kekeringan. Yakni di antaranya, Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi dan Kota Banjar.
Dicky Syaromi, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat (Jabar) mengatakan, kondisi itu di akibatkan dampak dari musim kemarau yang kemungkinan telah terjadi. Namun, dia mengakui, pihaknya belum menerima informasi terbaru terkait dampak kemarau di daerah lainnya.
“Belum ada informasi terbaru, sementara baru empat daerah itu yang menyatakan siaga kekeringan,” Jelas Dicky ketika di temui di ruang kerjanya, Rabu 30 Agustus 2017.
Dicky mengatakan, pihaknya bersama BPBD tingkat Kabupaten / Kota di Jabar terus berkoordinasi, terutama di empat daerah yang terdampak tersebut. Tetapi, meski belum semua di nyatakan siaga kekeringan, pihaknya akan terus melakukan monitoring untuk mengatisipasi kemungkinan daerah lainnya ikut terdampak kekeringan juga. katanya.
Menurut Dicky, sampai saat ini dampak kemarau panjang yang terjadi di empat daerah tersebut, di antaranya menyebabkan kelangkaan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga, dan juga kesulitan air untuk kebutuhan pertanian.
Meskipun sejumlah daerah lainnya juga terjadi kelangkaan air bersih. Namun, belum sampai pada siaga darurat kekeringan, seperti yang terjadi di Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan daerah lainnya.
Meski demikian Dicky berujar, pihaknya telah mengirim sejumlah kebutuhan logistik di empat daerah tersebut. Selain itu, pemerintah daerah setempat juga memberikan bantuan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga dan juga pengairan untuk kebutuhan pertanian.
Tambahnya, dampak lain yang harus di waspadai pada musim kemarau, adalah terjadinya kebakaran hutan. Sebab, musim kemarau panjang bisa mengakibatkan kondisi hutan mengering apalagi jika di tambah adanya aktivitas masyarakat yang sering membakar ilalang.
Untuk itu, dirinya menghimbau kepada seluruh masyarakat khususnya di wilayah Jabar yang kebetulan tinggal dekat hutan, jangan melakukukan aktivitas yang memicu terjadinya kebakaran hutan seperti membakar sampah, buang puntung roko, dan lainnya.
“Jadi nanti kita akan pantau, dan untuk masyarakat bila menemukan titik api di hutan yang ada di Jabar, harus segera melapor ke aparat atau desa setempat,” himbau Dicky.
Sementara itu, Kepala Bidang Penanggulangan Bencana, Dinas Kebakaran Kota Bandung, Sihar Pandapotan menyebutkan, tercatat dari bulan Januari hingga Agustus, telah terjadi 125 kejadian musibah kebakaran. Jumlah ini meningkat di bandingkan tahun lalu yang hanya 107 kejadian.
Yang menurutnya, kebakaran rata-rata terjadi di rumah kosong yang di tinggal penghuninya dan di akibatkan terjadi konsleting listrik. Selain itu, untuk tempat terbuka kebakaran juga sering terjadi di musim kemarau ini. Bahkan, kebakaran terbuka biasanya membakar semak. Ilalang dan sampah. Penyebab kebakaran selain konsleting listrik, biasanya terjadi karena kondisi kering. Ditambah, kebiasaan masyarakat yang kuarang memperhatikan keamanan ketika di musim kemarau.
“Puntung roko, pantulan cermin pun bisa mengakibatkan kebakaran disamping masih ada kebiasaan masyarakat yang membakar sampah tampa diawasi, inikan sangat berbahaya bila tertiup angin, ” tambahnya.
Melihat kondisi ini, pihaknya telah menyiagakan seluruh personil Dinas Pemadam Kebakaran untuk mengantisipasi bila suatu saat terjadi kebakaran di Kota Bandung.
“Kita selalu waspada selama 24 jam dalam sehari, untuk menghindari kebaran dan bencana lainnya,”tegas Sihar
Kendati begitu, dia berharap agar Pemkot Bandung mau memperhatikan kondisi personil Dinas Pemadam kebakaran yang sebentar lagi kebanyakan memasuki pensiun. Sehingga, membutuhkan tambahan Sumber Daya Manusia (SDM).
“ini sangat di sayangkan, karena ilmu dan pengalamnnya tidak sempat dibagikan kepada anggota yang baru seharusnya terima dulu baru ilmu bisa ditularkan dari Senior ke Junior, ” terangnya.***
SUMBER : BANDUNG EKSPRES.COM