JEMBER – Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) baru-baru ini, dinilai sangat mempengaruhi sektor ekonomi Indonesia. Berdasarkan Bloomberg, nilai rupiah bertengger pada level Rp. 14.933 per dolar AS.
Angka tersebut menunjukkan melemah 2 poin atau 0,01 persen, dibandingkan pada pembukaan perdagangan pada hari ini yang mencapai Rp. 14.925 per dolar AS. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak pada kisaran Rp. 14.925 hingga Rp. 14.933 per dolar AS. Adapun berdasarkan data pada Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada pada level Rp. 14.927 per dolar AS.
Mitratani Dua Tujuh, adalah salah satu perusahaan di Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim), yang bergerak dibidang ekspor dan merasakan secara langsung dampak daripada melemahnya rupiah saat ini.
Direktur Utama (Dirut) PT. Mitra Tani Dua Tujuh tersebut, Ir. H. Guntaryo Tri Indarto mengatakan, sebagai salah satu antisipasi dengan kondisi lemahnya nilai rupiah seperti saat ini, kita harus benar-benar meningkatkan efisiensi, dan juga benar-benar mengatur pengeluaran skala prioritas yang menjadi program kita sendiri. Sehingga masih tetap berimbang antara pemasukan dengan pengeluaran. Meski rupiah sedang melemah, bagi PT. Mitra Tani, hal itu tidak terlalu mengganggu, karena seluruh hasil penjualan Mitra Tani dalam bentuk dolar.
“Dengan melemahnya nilai rupiah seperti saat ini, kita akan mendapatkan rupiah yang lebih banyak. Bahkan dari sisi pembiayaan operasional juga tidak mengalami gangguan, karena ya itu, sistem investasi Mitra Tani menggunakan dolar dari awal tahun, dengan kurs yang ditetapkan 13.500. Maka melemahnya rupiah seperti ini, itu adanya suatu konsekwensi dalam membayar ke bank dengan selisih daripada kurs itu sendiri, akan tetapi secara keseluruhan untuk Mitra Tani tidak ada masalah.” ungkap Guntaryo, saat ditemui di kantornya. Kamis, 06/09/2018.
Lebih lanjut Direktur utama PT. Mitratani Dua Tujuh ini menerangkan, untuk ekspor barang tidak berpengaruh karena perusahaan miliknya melakukan ekspor berdasarkan pesanan pembeli. Untuk tahun ini perusahaannya itu mengekspor sekitar 8000 ton, dan untuk lokal sekitar 2500 ton, yang semuanya itu merupakan suatu program daripada Mitratani untuk tahun 2018.
“Kemungkinan terburuk jika dolar terus melonjak maka akan ada gangguan di program investasi dan pengembangan untuk meningkatkan kapasitas, sehingga kalau kapasitas ini tidak kita tingkatkan maka volume ekspor bisa juga tidak bisa meningkat, akhirnya persaingan dengan negara lain kita akan menjadi perbandingan yang menurun dengan negara lain. Dampak secara langsung pembelian daripada investasi barang-barang investasi impor akan lebih meningkat kebutuhan dananya,” pungkas Guntaryo.
Penulis : Evelyne Christanty
Editor : A Hendra Pradhana