Oleh : Irwan Hamsi
Pasangkayu, – Jelang Pilkada 2020 mendatang, saat ini sulit menjadi seorang jurnalis yang mengikuti hati nuraninya. Seperti Bill Kovach yang berani menyampaikan sesuatu yang menurutnya salah, walaupun ia mengobarkan persahabatannya.
Bill Kovach pernah membuat buku panduan untuk seluruh wartawan di dunia. Dalam bukunya mereka menulis beberapa elemen tentang keberpihakan jurnalis dalam sebuah pemberitaan. Seperti jurnalis yang independen sebagai pemantau kekuasaan.
Dalam hal ini saya berpendapat, memasuki tahun 2020, seharusnya jurnalis bukan sebagai media humas salah satu calon.
Seorang jurnalis yang baik adalah ia yang memantau calon untuk menginformasikan ke masyarakat. Jikalau ada sebuah ketidakpercayaan dari masyarakat kepada calon tertentu, ia berkewajiban memverifikasi informasi tersebut.
Belum lagi, seorang jurnalis harus mengikuti hati nuraninya. Ia harus mempunyai sikap dalam sebuah media atau redaksi tempat ia bekerja.
Sehingga menjadi Jurnalis tak seharusnya mengikuti kehendak mutlak dari redaksi. Redaksi juga sebenarnya tidak seharusnya memaksakan sesuatu hal untuk diikuti oleh para jurnalisnya. Sebab seorang jurnalis pun mempunyai hati nurani dalam sebuah pemberitaan yang ia buat.
Jurnalis dan media sepatutnya harus independen dari sebuah kepentingan politik kekuasaan.
Jurnalis dan media harus tetap berpihak, hanya saja keberpihakannya adalah pada kebenaran.
Loyalitas utama sebuah media adalah kepada masyarakat, bukan Parpol, atau kandidat, dan jurnalis harus tetap tidak terpengaruh dari pihak yang mereka liput.