Lumpuh Akibat Terjatuh Pasca Panjat Pinang HUT RI 72, Kondisi Aryo Memprihatinkan

oleh
Aryo Pamungkas Wibowo, warga Kampung Jati, RT 001/015, Dusun III, Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Yang kini menderita kelumpuhan setelah terjatuh pasca perlombaan panjat pinang Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke- 72 tahun 2017 lalu. Foto : Saiful Bahri / Konten Indonesia 

KAB BEKASI – Seorang laki-laki warga Kampung Jati, RT 001/015, Dusun III, Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Aryo Pamungkas Wibowo (26), menderita penyakit kelumpuhan sejak satu tahun terakhir. Atas penyakit yang dideritanya setelah terjatuh saat mengikuti perlombaan panjat pinang ketika perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke- 72 tahun 2017 lalu itu, Aryo yang kini terkapar dan tidak bisa berbuat apa-apa, sangat membutuhkan adanya uluran tangan dan perhatian dari pihak Pemerintah setempat maupun Pemerintah Pusat.

Dengan kondisi ekonomi keluarganya yang lemah, sehingga pihak keluarganya sudah tidak mampu untuk mengeluarkan biaya-biaya pengobatan. Aryo yang terlahir dari keluarga tidak mampu itu, kini hanya bisa pasrah dan terbaring sambil menangis menahan rasa sakit yang dideritanya di rumah kediamannya yang sederhana. Segala kegiatan Aryo saat ini hanya berlangsung dengan adanya bantuan dari orang lain, termasuk makan yang harus disuapi.

Abdul Somad (61), orangtua Aryo, mengatakan, selama ini keadaan keluarganya tidak pernah tersentuh oleh segala bentuk jaminan kesehatan dari pemerintah. Baik itu BPJS maupun yang sering orang sebut sebagai Kartu Indonesia Sehat (KIS).

“Sakitnya sudah setahun. Sempat dirawat di rumah sakit bahkan memanggil tukang urut. Cuma mau bagaimana lagi, untuk berobat juga sudah tidak punya biayanya, BPJS tidak punya, semuanya sejenis bantuan kesehatan dari pemerintah tidak punya,” kata Abdul, saat dikunjungi dirumahnya. Kamis, 06/09/2018.

Karena tidak punya jaminan kesehatan, Abdul berujar, maka sudah tidak sanggup lagi untuk membawa anak Saya ke rumah sakit. Jangankan soal uang perawatan, untuk ongkos ke rumah sakit saja tidak punya. Apalagi, kondisi Saya hanya sebagai kuli tani kecil yang penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari.

“Untuk ngurus-ngurus pembuatan BPJS sendiri saya tidak ngerti cara-caranya, maklum namanya juga orang kampung. Waktu itu sudah pernah minta bantuan ke RT/RW untuk dibuatkan BPJS, bahkan ke Kelurahan juga sudah pernah, tapi begitulah, Saya enggak mau bilang apa-apa,” katanya.

Sementara itu, Nyai (58), ibunda Aryo, mengaku, sebenarnya masih ingin membawa anak Saya ke rumah sakit, agar bisa sembuh seperti sediakala. Saya sangat tidak tega karena hanya bisa memberi obat seadanya saja.

“Kalau tidak dibantu dengan selang, anak Saya tidak bisa buang ari kecil dan besar, selangnya juga tidak diganti-ganti selama 7 bulan, karena tidak punya untuk biayanya. Sampai saat ini belum pernah ada orang dari pemerintah yang menengok keadaan anak Saya kesini. Harapan kami, pihak pemerintah agar bisa menolong dan membantu guna kesembuhan anak Saya ini. Saya cuma ingin kesembuhan untuk anak Saya,” harap Nyai.

Keterbatasan dalam hal biaya cenderung membuat warga miskin tidak mampu mengatasi masalah yang mendera mereka. Penderitaan yang dialami Aryo, seperti menambah panjangnya daftar Warga Miskin yang tidak tersentuh bantuan pemerintah di bidang kesehatan, meski anggaran pembangunan dibidang kesehatan cenderung naik setiap tahunnya.

Hingga berita ini diturunkan, belum mendapat hasil konfirmasi dari pihak-pihak terkait.

 

 

Reporter : Saiful Bahri
Editor       : Deni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *