BANDA ACEH – Rencana PT. Trans Property Indonesia yang akan melakukan kegiatan “Studi Amdal Rencana Pembangunan” guna keperluan pembangunan Transtudio Mall di Aceh, akhir-akhir ini heboh diperbincangkan oleh setiap kalangan masyarakat dan juga mahasiswa. Sejak beredarnya berita di dunia maya mengenai pembangunan mall tersebut, bermacan-macam komentar pro dan kontra pun bermunculan dari sejumlah warga net.
Sulthan Alfaraby, mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh berikut seorang pegiat diskusi mengatakan, minimnya mall di Aceh memang membuat sebagian besar masyarakat harus berbelanja keluar daerah, dengan alasan lebih murah dan ini sangat merugikan Aceh.
“Memang Saya akui berbelanja ke luar provinsi itu lebih murah dibandingkan di Aceh, keluarga Saya juga punya usaha dan kami sering berbelanja ke Medan. Tapi menurut Saya, yang harus dipikirkan adalah bagaimana pedagang di Aceh itu harus bisa bersaing dengan orang luar. Bukan sekedar protes tanpa solusi dan memaksa orang untuk menghabiskan duit di Aceh! Banyak yang tidak sadar diri dan mengatakan, Aceh rugi jika ada yang berbelanja ke luar, padahal mereka sendiri juga suka berbelanja ke luar karena alasan murah atau lewat online shop”. Ujar Sulthan, dalam rilis tertulis nya yang diterima Kontenindonesia.com via pesan singkat WhatsApp. Kamis, 18/07/2019.
Sulthan yang berasal dari keluarga pedagang ini juga mengatakan, jika melarang orang untuk berbelanja ke luar daerah tanpa memberikan solusi untuk Aceh, hal itu adalah suatu kemunafikan. Harus ada sistem baru dan dukungan pemerintah dalam perputaran uang di Aceh. Sehingga Aceh lebih untung tapi konsumen juga merasa puas dengan harga dan kualitas produk, bukan hanya sekedar protes. Di Sumatera Barat, Indomaret dan sejenisnya dilarang beroperasi, sebab ada kekhawatiran keberadaanya dapat mematikan keberadaan pedagang tradisional. Tapi menurut Saya, di Aceh tidak ada yang protes soal itu, padahal itu juga bisa menghambat pertumbuhan usaha pedagang lokal.
“Jika kita berbicara tentang UKM Aceh akan mati jika dibangun Transtudio Mall, sebaiknya mereka berkacalah sebelum berkomentar. Misalnya Indomaret dan Alfamart yang sudah membludak, di Sumatera Barat mereka dilarang beroperasi, kenapa di Aceh gak ada yang protes ya? Padahal itu juga bisa menyaingi usaha kecil di Aceh kan? Giliran satu Mall yang dibangun banyak yang kebakaran jenggot, bukannya memikirkan solusi untuk pedagang Aceh supaya lebih kreatif. Aneh menurut Saya.” ungkap Sulthan,
Sulthan berharap, kepada seluruh elemen masyarakat untuk kedepannya agar bisa mendukung segala aspek kemajuan baik itu segi ekonomi, pendidikan dan pembangunan di Aceh, masyarakat Aceh juga harus mempunyai kreatifitas agar bisa bersaing dengan orang luar. Menurut Saya, Keberadaan Transtudio Mall tidak usah dipeributkan, sama halnya seperti Suzuya Mall yang tidak ada protes.
.
“Suzuya Mall tidak ada yang protes, giliran Transtudio banyak yang protes. Jika tidak memenuhi syarat, ya tidak usah diberikan IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Kalau berpotensi bisa mematikan UKM, Saya rasa itu konyol dan kita harus berkaca dulu kepada Mall dan Supermarket yang sudah duluan membludak di Aceh, supaya jangan asal berkomentar.” Tutup Sulthan.
Sumber : Sulthan Alfaraby
Editor : Deni