JAKARTA – Akibat minimnya sarana pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di berbagai daerah, sehingga sampai saat ini anak berkebutuhan khusus tersebut hanya kurang lebih sekitar 18 persen yang dapat merasakan duduk dan belajar di bangku sekolah.
Untuk mempercepat dan juga memperluas akses pendidikan bagi Anak berkebutuhan Khusus (ABK). Pada tahun ini pemerintah berencana untuk membangun Sekolah Luar Biasa (SLB) sebanyak 11 unit sekolah di bagi 11 lokasi yang berbeda. Demikian di katakan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir effendy kepada wartawan di Jakarta, Jum’at 03 Februari 2017
Pemerintah kata Muhadjir, Akan segera dan terus berusaha untuk memperbanyak jenis sekolah inklusi guna meningkatkan pelayanan pendidikan, demi terwujudnya seluruh anak bangsa yang memperoleh pendidikan formal. Peningkatan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tersebut sudah masuk dalam skala program yang sangat prioritas. Karena, kami juga harus memastikan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus ini dapat mengembangkan segala potensinya supaya mereka bisa berkembang dan mandiri, serta mereka dapat di terima di kalangan masyarakat.
“Peninggkatan pelayanan pendidikan apalagi dalam segi ABK, itu sudah di prioritaskan oleh pihak pemerintah saat ini. Mudah-mudahan saja secepatnya bisa terealisasi dan terlaksana” ucap Muhadjir
Di katakan Muhadjir, Untuk tercapainya pengembangan pendidikan, para pelaku pendidikannya harus benar-benar bisa memegang paradigmanya, yaitu “Pendidikan untuk Semua”. Dengan adanya paradigma seperti itu, secara perlahan masyarakat akan bisa terhindar dari setiap praktik yang diskriminatif dalam melakukan pengembangan pendidikan, serta para orang tua siswa juga harus menyekolahkan anak-anaknya yang berkebutuhan khusus itu. Maka dari itu, pemerintah juga tidak diam untuk membentuk jenis sekolah inklusi, agar anak-anak berkebutuhan khusus dapat bersekolah bersama anak-anak regular lainnya.
“Kalau anak-anaknya sudah bisa bersama-sama, dengan begitu anak-anak berkebutuhan khusus tersebut tidak akan terus menerus ketergantungan untuk bersekolah di bangku SLB saja”. ***
Editor : Deni