JAKARTA – Hari ketiga acara Seminar Indonesia CSR Exhibition (ICE) 2017 dan Awarding Night yang di gelar di Balai Kartini, Jakarta Selatan (Jaksel), Minggu 20 Agustus 2017, mengangkat tema “Strategi CSR Industri Energi dan Listrik”. yang menjadi narasumber dalam seminar tersebut, yakni Direktur Utama PT. Indonesia Power, Sri Peni Intan Cahyani, Dirut Operasional II PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB), Miftah Hul Jannah, serta Perwakilan dari Kementerian ESDM.
Dalam keterangannya yang di utarakan kepada Forum Pers Independent Indonesia (FPII), Miftah menjelaskan, ada 3 strategi penting di PT. PJB dalam menyalurkan CSR. 1.Bangkit Inovasi Pendidikan. 2.Bangkit Inovasi Ekonomi, dan 3.Bangkit Inovasi Lingkungan.
Mengenai no 1, yakni “Bangkit Inovasi Pendidikan” kata Miftah, terkait Masalah Pendidikan, PT. PJB sengaja memberdayakan tenaga-tenaga kerja para siswa di seputar area pembangkit itu sendiri, untuk di didik agar nantinya bisa berkontribusi bersama-sama dalam Power Plant yang ada di tempat tersebut. Sehingga nantinya bisa jadi bersinergi. Dan kita juga mempunyai tenaga sekitar daerah tersebut. Pembangkit kita tersebar ada di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTT bahkan di Maluku. Hal itu akan bermanfaat dan memberikan kontribusinya masing-masing,” kata Miftah, saat di lokasi acara tersebut di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Minggu 20 Agustus 2017.
Yang ke 2 di katakan Miftah, yaitu “Bangkit Inovasi Ekonomi”, nah Masalah Ekonomi, PT. PJB mendorong bagaimana mengembangkan ekonomi lokal apalagi bisa dapat bersinergi. Contohnya, di Cirata, Kabupaten Bandung Barat, di mana operasional pembangkit itu membutuhkan air. Dan air tersebut sepanjang alirannya banyak eceng-gondok, jika di kelola sebagai sampah akan membutuhkan biaya. Padahal eceng gondok itu bisa di manfaatkan sebagai sumber ekonomi seperti pembuatan tas-tas dan kerajinan tangan lainnya yang bisa di gemari masyarakat. Dan yang ke 3 “Bangkit Inovasi Lingkungan”, untuk Masalah Lingkungan, PT. PJB berkomitmen bagaimana konservasi lingkungan tetap di lakukan. Ada yang namanya tanah hutan bakau di beberapa tempat. Contoh di Pacitan, warga setempat mengelola budidaya penyu, program tersebut tetap kita lakukan sepanjang tahun. Katanya.
Selain itu, Miftah menjelaskan, untuk masalah pendidikan sudah berjalan 5 tahun dari 24 lokasi masyarakat yang berpotensi tetapi belum mendapat kesempatan menempuh ke jenjang pendidikan tinggi. Ada sekitar 466 di pilih dari berbagai lokasi dengan seleksi standar Dikti dan Politeknik yang bekerjasama dengan PT. PJB, yang memenuhi standar akan pendididikan ‘Class Room’. Setelah itu, mereka di berikan spesifik pendidikan power plan. Dan setelah lulus akan kita manfaatkan ke Internal sesuai dengan kebutuhan dan sisanya saya yakin mereka punya potensi ke Industri yang lain. Pungkas Miftah.***
(DENI)
KONTEN INDONESIA.COM / FPII / DJAPOS.COM