Sekian Lama Tidak Di Perhatikan Pemerintah,Jalan Alternatif Ini Seperti Selokan Surut Air

oleh

img00809-20161012-1204

Kabupaten Tasikmalaya – Jalan sepanjang 1,5 KM di belakang Stasiun Kereta Api (KA) termasuk wilayah Desa Manggungnya, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat (Jabar), di duga dari Tahun 1982 hingga kini, jalan tersebut sama sekali tidak mendapat perhatian dalam jenis pemeliharaan oleh Pemerintah, sehingga kondisi jalan penyambung jalur dari wilayah Pusat Kerajinan Rajapolah menuju Ciamis itu dalam kondisi rusak parah seperti selokan surut air.

Informasi yang dapat di himpun Kontenjabar.com hingga Selasa 11-10-2016 di jalan tersebut, Akibat jalan tersebut kerap di lalui kendaraan R2 dan R4, dan terkadang juga di lewati mobil bis parawisata yang mengambil jalan alternatif dari Lingkar Cihaurbeuti menuju pusat Kerajinan Rajapolah.
Di tambah tidak adanya perhatian pemerintah dalam bentuk pemeliharaan jalan itu, sehingga menjadikan jalan tersebut dalam kondisi semakin rusak parah yang berlarut-larut.

Kaiswara Darmawan Kepala Desa Manggungjaya tersebut ketika di jumpai Kontenjabar.com di ruang kerjanya saat itu menjelaskan, Beberapa tahun yang lalu, kami sudah berusaha mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah terkait, agar Jalan yang merupakan jatah pekerjaan pemeliharaan pihak Propinsi yang rusak parah itu, secepatnya di perbaiki, bahkan, dulu sempat menyempatkan waktu menemui bagian perencanaan pihak Pekerjaan Umum (PU Bina Marga) Kabupaten Tasikmalaya, agar bisa membantu perbaikan jalan tersebut, karena, jalan alternatif yang rusak parah itu, kini kondisinya sangat memprihatinkan dan sudah tidak pantas dan sangat tidak layak  lagi untuk di lalui oleh setipa kendaraan roda dua maupun roda empat. ucap Kais

Banyak juga ungkapan Warga Masyarakat sekitar kata Kais, Mereka semua sangat berharap pihak Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang terkait perbaikan jalan itu, agar dapat serius memperhatikan Jalannya dalam bentuk pemeliharaan, karena Warga Masyarakat terdekat jalannya mungkin sudah merasa bosan untuk memperbaiki dengan cara penambalan sulam dengan adukan, yang biayanya juga hasil swadaya masyarakat terdekat. (Wawan K)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *